Setelah Menjadi Pendamping Desa

Sebelumnya saya tidak pernah berfikir akan bekerja pada bidang pemberdayaan masyarakat. Namun nasib membawa saya ke sini, sehingga sayapun harus memulainya dari awal lagi. Sempat bingung untuk memulai langkah pekerjaan, harus bagaimana dan kemana. Pembekalan yang saya dapatkan selama satu minggu serasa belum cukup. Namun karena saya sudah terlanjur terjun, saya harus belajar lagi.

Apalagi kali ini saya terjun pada pemberdayaan masyarakat desa, yang bertugas mendampingi desa untuk mengelola anggaran desa. Secara teori terlihat mudah, namun dalam prakteknya lumayan menguras otak dan tenaga. Sebab apa yang kita harapkan terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. Kita ingin seperti ini namun desa ingin seperti itu, mau tidak mau harus mengimbangi.

Namun dengan terlibat langsung sebagai pendamping desa, saya menjadi banyak tahu tentang hal-hal baru yang sebelumnya tidak pernah saya perdulikan. Saya menjadi tahu desa-desa yang sebelumnya hanya saya dengar namanya saja. Oh begini desa A oh begini desa B. Kita juga menjadi tahu persoalan-persoalan yang ada di desa itu.

Saya juga banyak mendapatkan teman baru setelah bergabung di pemberdayaan, teman kades dan perangkat desa, teman BPD dan para anggotanya. Dan mungkin mereka tidak akan pernah saya kenal jika saya tidak bergabung di pemberdayaan.

Mengenal orang-orang baru dengan karakter baru bukan hal aneh bagi saya, sebab saat bekerja sebagai jurnalis sayapun nyaris setiap hari berkenalan dengan orang baru disaat bertugas mencari berita. Saat itupun peran saya tidak lebih sebagai fasilitator. Sebab banyak sekali orang-orang yang menyampaikan keluh kesahnya kepada saya. Keluh kesahnya kemudian saya ramu menjadi berita. Namun jika sekarang kita langsung menerima keluh kesah sekaligus memberikan solusi. JIkapun tidak mampu saya biasanya konsultasikan kepada teman-teman pemberdayaan yang lain.

Saya tidak tahu sampai kapan akan bekerja sebagai pendamping desa, karena pekerjaan saya ini sifatnya hanya kontrak yang sewaktu-waktu bisa berhenti akibat satu dan lain hal. Mungkin jika sudah berganti pimpinan akan berganti kebijakan, jadi saya hanya pasrah atas keadaan dan menjalani pekerjaan dengan sungguh-sungguh selama masih diberi kesempatan.